PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yakni agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar bilamana dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan karena keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu saja
http://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi
Andragogi
Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997).
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkan anak-anak.
Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:[1][2]
1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
2. Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
3. Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
4. Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).
Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang lain.[3]
Referensi
1. (nd) Andragogy (M. Knowles) Theory into Practice website.
2. (nd) Andragogy Informal Education Encyclopedia.
3. Hansman (2008) Adult Learning in Communities of Practice: Situating Theory in Practice
http://indosdm.com/training-of-trainer-karakteristik-pendidikan-orang-dewasa
Definisi Adult Learning/Adult Education:
A cooperative venture in non authoritarian, informal learning, the chief purpose of which is to discover the meaning of experience; a quest of the mind which digs down to the roots of the preconceptions which formulate our conduct; a technique of learning for adults which makes education coterminous with life and hence elevates living itself to the level of adventurous experiment.
Hal penting dalam pendidikan orang dewasa:
• Situasi kooperatif dan tidak autoritatif.
• Proses belajar bersifat informal.
• Tujuan utama adalah untuk memaknai pengalaman.
• Suatu proses belajar yang membuat hidup itu sendiri sebagai petualangan dalam bereksperimen.
Asumsi-asumsi mengenai Adult learners:
• Orang dewasa termotivasi untuk belajar sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya serta minatnya, dimana proses belajar diasumsikan dapat memenuhi kebutuhannya ini.
• Orientasi orang dewasa dalam belajar adalah life- centered.
• Pengalaman adalah sumber utama dalam proses belajar orang dewasa.
• Orang dewasa memiliki kebutuhan yang dalam untuk self-directing.
• Perbedaan individual berkorelasi dengan usia.
Tipe-tipe pembelajar:
• The Goal-oriented Learners: seseorang yang menggunakan pendidikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
• The activity-oriented: seseorang yang mengambil bagian dalam pendidikan karena menemukan makna dari apa yang dipelajarinya walaupun kadang tidak berkaitan langsung dengan aktifitasnya.
• The learning-oriented: yang mencari pengetahuan untuk pengetahuan itu semata.
Yang perlu diperhatikan dalam proses belajar orang dewasa/ Andragogi:
• The need to know
• The learners’ self concept
• The role of the learners’ experiences
• Readiness to learn
• Orientation to learning
Pendidikan orang dewasa/Andragogi berbeda dengan pendidikan konvensional pada umumnya:
• Dalam pendidikan konvensional, pembelajar memainkan peran submisif.
• Andragogi didasari oleh asumsi bahwa pembelajar memahami kenapa ia perlu untuk belajar, memiliki tanggung jawab terhadap keputusan dan hidupnya sendiri, memulai proses belajar dengan
• sejumlah pengalaman yang sudah dimilikinya, memiliki kesiapan untuk belajar karena sesungguhnya sudah berhadapan langsung dengan obyek yang sedang dipelajarinya dan ingin menghadapinya
• secara lebih efektif, dan lebih termotivasi secara internal ketimbang eksternal.
http://blogs.unpad.ac.id/aderusliana/?p=3
TEORI BELAJAR ORANG DEWASA
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”. Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
http://re-searchengines.com/0306supriadi.html
ANDRAGOGI (Sebuah Konsep Teoritik)
A. Pengertian
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
B. Andragogi dan Pedagogi
Malcolm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap anak-anak. Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian tercetus istilah "pedagogi" yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai "suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar".
Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu :
1. Citra Diri
Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.
2. Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.
3. Kesiapan Belajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.
4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.
C. Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi
Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :
• Menciptakan iklim untuk belajar
• Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
• Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
• Merumuskan tujuan belajar
• Merancang kegiatan belajar
• Melaksanakan kegiatan belajar
• Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.
Andragogi dapat disimpulkan sebagai :
1. Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
2. Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
3. Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.
4. D. Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa
1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup
6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar
7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.
E. Karakteristik Warga Belajar Dewasa
1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat
engan teman baru.
F. Karakteristik Pengajar Orang Dewasa
Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut :
1. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain
5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain, lewat pengamatan
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang
10. Menyadari bahwa "perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar"
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif fan pisitif.
Peran Pendidikan Orang Dewasa dalam Pembangunan Masyarakat
Arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan sebagai mana dituang dalam Garis Besar Haluan Negara, deitujukan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh....... Selanjutnya dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003, pada pasal 5 diantaranya menyebutkan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Hal ini menuntut konsekwensi logis dalam menyiapkan, serta mewujudkan manusia pembangun yang handal, dan kompetitif. Yang menjadi pertanyaan besar, apakah sumberdaya Manusia kita sebagai agen pembangun telah memiliki semua kompetensi manusia pembangun ? Seperti adanya idiom ” Make what develop;build luxury town, whereas its constructor human being do not be woke up ? all result of development will without effect, which its constructor human being scorpion barren of along with result of conducted construction.
Di negara berkembang, kesempatan memperoleh pendidikan masih belum merata. Dengan kata lain masih banyak penduduk yang termarginalkan oleh sistem pendidikan khususnya pendidikan Formal. Sisi lain yang dihadapi negara, adalah belum kongruennya hasil pendidikan Formal. Pembangunan dibidang pendidikan masih banyak mengalami hambatan, yang membuat lulusannya kurang memadai. Dibanyak negara berkembang, meskipun tingkat pengangguran masih sekitar 25 sampai 30% tetap masih kekurangan tenaga kejuruan. Dampak dari kondisi ini adalah pembangunan secara keseluruhan tidak dapat dilewati dengan lancar.Memang benar pembangunan pendidikan secara kuantitatif dapat dipandang sudah berhasil dengan suksesnya wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, tetapi bagaimana halnya dengan pembangunan pendidikan dari sisi kualitatif ? terasa sanagat sulit untuk mensukseskannya. Hal ini sekali lagi, akan berdampak pada pembangunan –pembangunan sektor lainnya. Sebab pelaksana-pelaksana pembangunan itu adalah sebagian terbesar manusia-manusia Indonesia lulusan dunia pendidikan kita yang notabene adalah orang dewasa.
Bagi negara berkembang ada masalah yang lebih menonjol yang perlu diatasi, yaitu keterbelakangan dan kemelaratan. Terkait dengtan keterbelakangan dealam PP 73 tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Sekolah secara tegas menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah membina warga belajar agar amemiliki pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan sekolah (Depdikbud, 1992). Kita perlu mempercepat laju pembangunan dan sekaligus memelihara dan mengamankan sumber alam untuk kelangsungan sumber alam untuk kelangsungan pertumbuhan generasi mendatang.
Jumlah penduduk yang besar tidaklah harus menjadi beban suatu bangsa, bila mutu penduduk bangsa itu cukup tinggi. Untuk mencapai produktivitas dan efisiensi yang tinggi, masing-masing sektor membutuhkan proporsi tenaga profesional, tenaga manajerial dan tenaga teknisi yang berbeda-beda banyaknya. Secara makro, pengembangan kemampuan, keterampilan, dan keahlian dari sumber daya manusia perlu memberi arah yang memberi prospek masa depan yang lebih cerah. Tidaklah salah jika setahap demi setahap mengurangi jumlah tenaga kerja yang berada disektor primer, dan mengembangkan pendidikan tenaga kerja sektor sekunder dan tersier.
Propinsi Jawa Timur dengan Jumlah Penduduk: 30.286.575 jiwa masih dijumpai angka Buta Aksara yang cukup tinggi, yaitu : 4.519.681 (29,32%) yang terdiri dari Laki-laki = 1.409.316 Perempuan = 3.110.365.(Data Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur:2006) Dari angka tersebut, adalah Orang Dewasa. Disadari tentang pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan sarana dan bagian dari pembangunan.Demikian juga bila pendidikan orang dewasa harus memberikan sumbangan pada pembangunan, maka harus merupakan bagian integral dari kehidupan. Pendididkan orang dewasa harus mendorong perubahan,mulai dengan menumbuhkan kesadaran tentang kebutuhan mereka, dilanjutkan dengan membantu agar mereka mampu memecahkan masalah mereka sendiri.
Sebagai upaya mengangkat mereka dari ketidak berdayaan, pendidikan Luar Sekolah memberi layanan pendidikan kepada mereka yang termarginalkan oleh sistem pendidikan formal. Dengan demikian seluruh potensi yang ada dapat difungsionalkan untuk cancut taliwondo dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan.
Sejarah budaya manusia telah membuktikan betapa besar potensi manusia. Suatu bangsa yang tidak mampu atau mengabaikan pengembangan kemampuan manusia secara efektif, bangsa tersebut kurang mampu membangun masyarakatnya. Sumber daya manusia adalah salah satu dasar utama untuk membangun masyarakat dan mencapai kesejahteraan masyarakat.
Program pengembangan sumber daya manusia mempunyai dua kutub. Kutub pertama adalah yang menyangkut pengembangan sumber daya para warga masyarakat yang masih berada pada tingkat pengembangan minimal. Untuk mereka perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu berpartisipasi sebagai warga negara, berpenghasilan yang layak untuk hidup, cukup sehat, dan mempunyai keluarga sejahtera. Kutub kedua adalah program yang menyangkut pengembangan optimal. Warga masyarakat yang memperoleh kesempatan mendapat pendidikan tinggi dan mempunyai kemampuan prospektif perlu disediakan peluang cukup untuk menghasilkan produk-produk profesional berkualitas tinggi. Harrington menggambarkan pendidikan orang dewasa sebagai berikut : " pendidikan orang dewasa mengacu pada mereka yang sudah menyelesaikan atau pendidikan yang diterima di sekolahnya dan sedang memasuki sebuah universitas atau perguruan tinggi atau sedang memasuki pendidikan yang lebih tinggi”
Karena apa dianggap penting ?
Pembangunan masyarakat menurut penulis merupakan wawasan dasar bersistem tentang asumsi perubahan sosial terancang yang tepat dalam kurun waktu tertentu. Teori dasar pembangunan yang menonjol yang diangkat dalam membahas tema ini adalah Teori Ekologik dan Teori Sumber Daya Manusia. Teori Ekologik mengemukakan tentang batas pertumbuhan. Untuk sumber-sumber yang tak dapat diperbarui (non renewable resources) perlu dikendalikan pertumbuhannya. Kebijaksanaan pertumbuhan diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat dinikmati oleh generasi berikut sebagai penerus pembangunan bangsa.Proses pertumbuhan adalah (zero growth) untuk produksi dan penduduk. Masih ingat di tahun pasca adanya gerakan reformasi, yang menuntut adanya penataan kembali segala aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Ada kesalahan yang mendasar dalam menterjemahkan suatu gerakan reformasi, dengan gerakan seenaknya sendiri. Alhasil, penjarahan hutan justru semakin mengenaskan. Kembali adanya idiom, Kayu dihutan miliknya siapa...negoro...(jawa:bahasa Indonesia artinya silahkan nebang). permintaan beberapa jenis bahan dasar berkurang karena adanya intensitas pemanfaatan. Teori Sumber Daya memandang bahwa mutu penduduk merupakan kunci pembangunan. Banyaknya penduduk bukan beban suatu bangsa, bila mutunya tinggi.Pengembangan hakekat manusiawi hendaknya menjadi arah pembangunan. Perbaikan mutu sumberdaya manusia akan menumbuhkan inisiatif dan kewiraswastaan. Teori sumberdaya manusia diklasifikasikan ke dalam teori yang menggunakan pendekatan perubahan fundamental. Pendekatan ini menekankan pada usaha mengurangi ketergantungan.
Pembangunan masyarakat menelaah usaha pembaharuan sebagai tahapan proses pertumbuhan, sebagai tahap rekonstruksi struktur dan atau refungsionalisasi fungsi sistem sosial. Perujudan tahapan tersebut berupa hasil pembangunan berupa; pabrik, jembatan,bertambahnya anak masuk sekolah, pendapatan penduduk meningkat, listrik tersebar lebih luas, koperasi menjadi lebih banyak dan berfungsi. Pembangunan masyarakat menekankan keterlibatan secara sadar dalam pembangunan.
Untuk mengatasi kesenjangan sistemik, perlu program yang meletakkan kesempatan kerja serta kebutuhan dasar manusia pada kelompok prioritas. Salah satu jalur perkembangan konsep teori pembangunan bermula dari strategi pertumbuhan, diatasi kesenjangannya dengan strategi pertumbuhan dan keadilan; untuk menanggulangi kemiskinan absolut, untuk sementara perlu diganti dengan startegi pertumbuhan dan pemerataan. Jika kesempatana kerja serta kebutuhan manusia telah terjamin secara sistemik, maka strategi yang perlu digunakan selanjutnya adalah strategi pertumbuhan dan keadilan. Konsep keaadilan disini mencakup keadilan memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasinya, sesuai dengan urunannya dalam menghasilkan sesuatu, keadilan dalam memperoleh kemudahan tanpa ada diskriminasi, dan keadilan memperoleh proteksi,keadilan dalam menerima beban dan tanggungjawab.
Bentuk peran Makro
Makro dikonsepkan besar, luas.
Ada tiga cara yang penulis tawarkan dalam pembangunan masyarakat yang dapat
ditempuh.Pertama; membangun lewat pembinaan tenaga; kedua, pengembangan lewat institusi; dan ketiga, lewat pengembangan infrastruktur. Ketiga cara tersebut diatas bukan alternatif yang harus dipilih, melainkan dapat dilakukan simultan.Arti infrastruktur penulis perluas maknanya menjadi sistemik, dimana pengaturan pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga terjadi koordinasi organisasi, komplementasi antar komponen, keruntutan aktivitas, sinkronisasi tujuan, dan integritas keseluruhan bagian-bagiannya atau subsistemnya. Pada poin pertama, tentang pembinaan tenaga, kembali isu sentral, masih terdapat penduduk yang termarginalkan oleh sistem pendidikan formal, asumsi dasar yang diusung adalah mereka tertinggal akan pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang dapat diandalkan sebagai bentuk aktualisasi diri dalam pembangunan.Untuk mengatasinya adalah layanan pendidikan luar sekolah, yang terkonsepkan Pendidikan Orang Dewasa, dapat memenuhi kebutuhan belajar, sehingga kesenjangannya dapat dieliminir. Carl Minich. menulis, " pendidikan orang dewasa menjadi pengalaman berkelanjutan bidang pendidikan yang seharusnya berperan untuk pertumbuhan dari orang-orang selama hidupnya."
Pendidikan Luar Sekolah berfungsi sebagai subtitusi, dimana mereka belum mendapat kesempatan menyelesaikan belajarnya di jenjang formal., Komplemen dimana mereka masih belajar dijalur formal (antar jenjang) , namun materi ajar yang mereka dapat belum dirasa mencukupi. Suplemen, materi ajar yang diperoleh selama mengikuti pendidikan dijalur formal belum lengkap. Pada poin kedua, pengembangan lewat institusi (kelembagaan), konsep yang diusung adalah institusi yang responsif. Sebagai contoh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan sebuah organisasi profesi pendidikan yang paling besar, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) atau badan/organisasi lain yang sengaja atau sepatutnya dibuat untuk bersama-sama menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian akan mampu menjembatani kesenjangan pendidikan. Lebih jauh Buchori (1990) mengemukakan ada beberapa kesenjangan terjadi dalam dunia pendidikan kita.
Kesenjangan yang dimaksud adalah :1). Kesenjangan okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik dengan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam dunia kerja. Pendidikan umum terlalau banyak dan pendidikan kejuruan kurang sekali, sehingga terlalu banyak lulusan pendidikan umum yang mencari kerja dimasyarakat yang sudah tentu tidak memiliki ketrampilan yang memadai.2) Kesenjangan akademik, artinya pengetahuan yang diterima di sekolah acapkali tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: lulusan SMA bekerja sebagai pegawai kantor, sehingga banyak sekali pengetahuannya yang tidak dapat dipakai dalam bekerja 3) Kesenjangan kultural, banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan yang klasik, sementara perubahan pengetahuan sangat cepat, bersumber pada kemajuan ilmu dan teknolgi 4) Kesenjangan temporal, wawasan yang dimiliki dengan wawasan sekarang.
Bentuk peran Mikro
Yang dimaksud dengan mikro adalah kawasan tertentu, leksikal. Pada pembangunan masyarakat dengan skup mikro, pembangunan masyarakat dapat didorong secara optimal bila partisipasi berbagai lapisan dan golongan dalam kawasan tertentu diikut sertakan dalam mengidentifikasi kebutuhan, menetapkan pilihan, merencanakan dan melaksanakan. Selanjutnya Coolie Verner menulis: Pendidikan orang dewasa adalah suatu hubungan antara suatu agen pendidikan dan seorang pelajar di mana agen memilih, menyusun, dan secara terus-menerus mengarahkan suatu urutan dari tugas progresif yang menyediakan pengalaman sistematis untuk mencapai pelajaran dari keikutsertaan orang-orang pada aktivitas tambahan dan bersifat tambahan pada suatu peran utama yang produktif di masyarakat.'
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, pendidikan hidup bersama-sama dengan masyrakat. Masyarkat membutuhkan pendidikan. Masyarakat butuh agar anak-anak dan remaja dibina disekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar dengan memberikan bermacam fasilitas. Lembaga pendidikan yang benar,ibarat menara penerang, yaitu berada dimasyarakat dan menerangi masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan harus tetap berakar pada masyarakat setempat, memperhatikan ide-ide masyarakat setempat, melaksanakan aspirasi mereka, memanfaatkan fasilitas setempat untuk belajar, dan menyesuaikan dengan kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu lembaga pendidikan harus berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan mereka dengan cara memberi penerengan, menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi baru. Hubungan pendidikan dan masyarakat adalah seperti selembar kain batik.
Dimana masyarakat diumpamakan sebagai selembar kain putih, sedang pendidikan adalah pembuat pola-pola gambarnya. Motif-motif yang dituangkan dikain putih, akan memberikan corak keindahan tertentu pada lembar kain.Pola-pola gambar membuat kain meningkat kualitasnya, batik menjadi mahal harganya. Bisa dibayangkan kalau pola tadi tidak dituang dalam kain, maka pola tersebut akan berkurang artinya, kain akan tetap rendah harganya. Pendidikan akan menjadi pola batik, yang memberikan corak kehidupan bgi masyarakat sekitar. Sehingga outputnya muncul manusia –manusia pembangun yang unggul dan kompetitif seperti yang diamanatkan dalam Garis Besar Haluan Negara.
semoga bermanfaat
http://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi
Andragogi
Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997).
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkan anak-anak.
Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:[1][2]
1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
2. Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
3. Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
4. Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).
Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang lain.[3]
Referensi
1. (nd) Andragogy (M. Knowles) Theory into Practice website.
2. (nd) Andragogy Informal Education Encyclopedia.
3. Hansman (2008) Adult Learning in Communities of Practice: Situating Theory in Practice
http://indosdm.com/training-of-trainer-karakteristik-pendidikan-orang-dewasa
Definisi Adult Learning/Adult Education:
A cooperative venture in non authoritarian, informal learning, the chief purpose of which is to discover the meaning of experience; a quest of the mind which digs down to the roots of the preconceptions which formulate our conduct; a technique of learning for adults which makes education coterminous with life and hence elevates living itself to the level of adventurous experiment.
Hal penting dalam pendidikan orang dewasa:
• Situasi kooperatif dan tidak autoritatif.
• Proses belajar bersifat informal.
• Tujuan utama adalah untuk memaknai pengalaman.
• Suatu proses belajar yang membuat hidup itu sendiri sebagai petualangan dalam bereksperimen.
Asumsi-asumsi mengenai Adult learners:
• Orang dewasa termotivasi untuk belajar sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya serta minatnya, dimana proses belajar diasumsikan dapat memenuhi kebutuhannya ini.
• Orientasi orang dewasa dalam belajar adalah life- centered.
• Pengalaman adalah sumber utama dalam proses belajar orang dewasa.
• Orang dewasa memiliki kebutuhan yang dalam untuk self-directing.
• Perbedaan individual berkorelasi dengan usia.
Tipe-tipe pembelajar:
• The Goal-oriented Learners: seseorang yang menggunakan pendidikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
• The activity-oriented: seseorang yang mengambil bagian dalam pendidikan karena menemukan makna dari apa yang dipelajarinya walaupun kadang tidak berkaitan langsung dengan aktifitasnya.
• The learning-oriented: yang mencari pengetahuan untuk pengetahuan itu semata.
Yang perlu diperhatikan dalam proses belajar orang dewasa/ Andragogi:
• The need to know
• The learners’ self concept
• The role of the learners’ experiences
• Readiness to learn
• Orientation to learning
Pendidikan orang dewasa/Andragogi berbeda dengan pendidikan konvensional pada umumnya:
• Dalam pendidikan konvensional, pembelajar memainkan peran submisif.
• Andragogi didasari oleh asumsi bahwa pembelajar memahami kenapa ia perlu untuk belajar, memiliki tanggung jawab terhadap keputusan dan hidupnya sendiri, memulai proses belajar dengan
• sejumlah pengalaman yang sudah dimilikinya, memiliki kesiapan untuk belajar karena sesungguhnya sudah berhadapan langsung dengan obyek yang sedang dipelajarinya dan ingin menghadapinya
• secara lebih efektif, dan lebih termotivasi secara internal ketimbang eksternal.
http://blogs.unpad.ac.id/aderusliana/?p=3
TEORI BELAJAR ORANG DEWASA
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”. Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
http://re-searchengines.com/0306supriadi.html
ANDRAGOGI (Sebuah Konsep Teoritik)
A. Pengertian
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
B. Andragogi dan Pedagogi
Malcolm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap anak-anak. Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian tercetus istilah "pedagogi" yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai "suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar".
Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu :
1. Citra Diri
Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.
2. Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.
3. Kesiapan Belajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.
4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.
C. Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi
Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :
• Menciptakan iklim untuk belajar
• Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
• Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
• Merumuskan tujuan belajar
• Merancang kegiatan belajar
• Melaksanakan kegiatan belajar
• Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.
Andragogi dapat disimpulkan sebagai :
1. Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
2. Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
3. Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.
4. D. Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa
1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup
6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar
7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.
E. Karakteristik Warga Belajar Dewasa
1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat
engan teman baru.
F. Karakteristik Pengajar Orang Dewasa
Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut :
1. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain
5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain, lewat pengamatan
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang
10. Menyadari bahwa "perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar"
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif fan pisitif.
Peran Pendidikan Orang Dewasa dalam Pembangunan Masyarakat
Arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan sebagai mana dituang dalam Garis Besar Haluan Negara, deitujukan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh....... Selanjutnya dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003, pada pasal 5 diantaranya menyebutkan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Hal ini menuntut konsekwensi logis dalam menyiapkan, serta mewujudkan manusia pembangun yang handal, dan kompetitif. Yang menjadi pertanyaan besar, apakah sumberdaya Manusia kita sebagai agen pembangun telah memiliki semua kompetensi manusia pembangun ? Seperti adanya idiom ” Make what develop;build luxury town, whereas its constructor human being do not be woke up ? all result of development will without effect, which its constructor human being scorpion barren of along with result of conducted construction.
Di negara berkembang, kesempatan memperoleh pendidikan masih belum merata. Dengan kata lain masih banyak penduduk yang termarginalkan oleh sistem pendidikan khususnya pendidikan Formal. Sisi lain yang dihadapi negara, adalah belum kongruennya hasil pendidikan Formal. Pembangunan dibidang pendidikan masih banyak mengalami hambatan, yang membuat lulusannya kurang memadai. Dibanyak negara berkembang, meskipun tingkat pengangguran masih sekitar 25 sampai 30% tetap masih kekurangan tenaga kejuruan. Dampak dari kondisi ini adalah pembangunan secara keseluruhan tidak dapat dilewati dengan lancar.Memang benar pembangunan pendidikan secara kuantitatif dapat dipandang sudah berhasil dengan suksesnya wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, tetapi bagaimana halnya dengan pembangunan pendidikan dari sisi kualitatif ? terasa sanagat sulit untuk mensukseskannya. Hal ini sekali lagi, akan berdampak pada pembangunan –pembangunan sektor lainnya. Sebab pelaksana-pelaksana pembangunan itu adalah sebagian terbesar manusia-manusia Indonesia lulusan dunia pendidikan kita yang notabene adalah orang dewasa.
Bagi negara berkembang ada masalah yang lebih menonjol yang perlu diatasi, yaitu keterbelakangan dan kemelaratan. Terkait dengtan keterbelakangan dealam PP 73 tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Sekolah secara tegas menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah membina warga belajar agar amemiliki pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan sekolah (Depdikbud, 1992). Kita perlu mempercepat laju pembangunan dan sekaligus memelihara dan mengamankan sumber alam untuk kelangsungan sumber alam untuk kelangsungan pertumbuhan generasi mendatang.
Jumlah penduduk yang besar tidaklah harus menjadi beban suatu bangsa, bila mutu penduduk bangsa itu cukup tinggi. Untuk mencapai produktivitas dan efisiensi yang tinggi, masing-masing sektor membutuhkan proporsi tenaga profesional, tenaga manajerial dan tenaga teknisi yang berbeda-beda banyaknya. Secara makro, pengembangan kemampuan, keterampilan, dan keahlian dari sumber daya manusia perlu memberi arah yang memberi prospek masa depan yang lebih cerah. Tidaklah salah jika setahap demi setahap mengurangi jumlah tenaga kerja yang berada disektor primer, dan mengembangkan pendidikan tenaga kerja sektor sekunder dan tersier.
Propinsi Jawa Timur dengan Jumlah Penduduk: 30.286.575 jiwa masih dijumpai angka Buta Aksara yang cukup tinggi, yaitu : 4.519.681 (29,32%) yang terdiri dari Laki-laki = 1.409.316 Perempuan = 3.110.365.(Data Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur:2006) Dari angka tersebut, adalah Orang Dewasa. Disadari tentang pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan sarana dan bagian dari pembangunan.Demikian juga bila pendidikan orang dewasa harus memberikan sumbangan pada pembangunan, maka harus merupakan bagian integral dari kehidupan. Pendididkan orang dewasa harus mendorong perubahan,mulai dengan menumbuhkan kesadaran tentang kebutuhan mereka, dilanjutkan dengan membantu agar mereka mampu memecahkan masalah mereka sendiri.
Sebagai upaya mengangkat mereka dari ketidak berdayaan, pendidikan Luar Sekolah memberi layanan pendidikan kepada mereka yang termarginalkan oleh sistem pendidikan formal. Dengan demikian seluruh potensi yang ada dapat difungsionalkan untuk cancut taliwondo dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan.
Sejarah budaya manusia telah membuktikan betapa besar potensi manusia. Suatu bangsa yang tidak mampu atau mengabaikan pengembangan kemampuan manusia secara efektif, bangsa tersebut kurang mampu membangun masyarakatnya. Sumber daya manusia adalah salah satu dasar utama untuk membangun masyarakat dan mencapai kesejahteraan masyarakat.
Program pengembangan sumber daya manusia mempunyai dua kutub. Kutub pertama adalah yang menyangkut pengembangan sumber daya para warga masyarakat yang masih berada pada tingkat pengembangan minimal. Untuk mereka perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu berpartisipasi sebagai warga negara, berpenghasilan yang layak untuk hidup, cukup sehat, dan mempunyai keluarga sejahtera. Kutub kedua adalah program yang menyangkut pengembangan optimal. Warga masyarakat yang memperoleh kesempatan mendapat pendidikan tinggi dan mempunyai kemampuan prospektif perlu disediakan peluang cukup untuk menghasilkan produk-produk profesional berkualitas tinggi. Harrington menggambarkan pendidikan orang dewasa sebagai berikut : " pendidikan orang dewasa mengacu pada mereka yang sudah menyelesaikan atau pendidikan yang diterima di sekolahnya dan sedang memasuki sebuah universitas atau perguruan tinggi atau sedang memasuki pendidikan yang lebih tinggi”
Karena apa dianggap penting ?
Pembangunan masyarakat menurut penulis merupakan wawasan dasar bersistem tentang asumsi perubahan sosial terancang yang tepat dalam kurun waktu tertentu. Teori dasar pembangunan yang menonjol yang diangkat dalam membahas tema ini adalah Teori Ekologik dan Teori Sumber Daya Manusia. Teori Ekologik mengemukakan tentang batas pertumbuhan. Untuk sumber-sumber yang tak dapat diperbarui (non renewable resources) perlu dikendalikan pertumbuhannya. Kebijaksanaan pertumbuhan diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat dinikmati oleh generasi berikut sebagai penerus pembangunan bangsa.Proses pertumbuhan adalah (zero growth) untuk produksi dan penduduk. Masih ingat di tahun pasca adanya gerakan reformasi, yang menuntut adanya penataan kembali segala aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Ada kesalahan yang mendasar dalam menterjemahkan suatu gerakan reformasi, dengan gerakan seenaknya sendiri. Alhasil, penjarahan hutan justru semakin mengenaskan. Kembali adanya idiom, Kayu dihutan miliknya siapa...negoro...(jawa:bahasa Indonesia artinya silahkan nebang). permintaan beberapa jenis bahan dasar berkurang karena adanya intensitas pemanfaatan. Teori Sumber Daya memandang bahwa mutu penduduk merupakan kunci pembangunan. Banyaknya penduduk bukan beban suatu bangsa, bila mutunya tinggi.Pengembangan hakekat manusiawi hendaknya menjadi arah pembangunan. Perbaikan mutu sumberdaya manusia akan menumbuhkan inisiatif dan kewiraswastaan. Teori sumberdaya manusia diklasifikasikan ke dalam teori yang menggunakan pendekatan perubahan fundamental. Pendekatan ini menekankan pada usaha mengurangi ketergantungan.
Pembangunan masyarakat menelaah usaha pembaharuan sebagai tahapan proses pertumbuhan, sebagai tahap rekonstruksi struktur dan atau refungsionalisasi fungsi sistem sosial. Perujudan tahapan tersebut berupa hasil pembangunan berupa; pabrik, jembatan,bertambahnya anak masuk sekolah, pendapatan penduduk meningkat, listrik tersebar lebih luas, koperasi menjadi lebih banyak dan berfungsi. Pembangunan masyarakat menekankan keterlibatan secara sadar dalam pembangunan.
Untuk mengatasi kesenjangan sistemik, perlu program yang meletakkan kesempatan kerja serta kebutuhan dasar manusia pada kelompok prioritas. Salah satu jalur perkembangan konsep teori pembangunan bermula dari strategi pertumbuhan, diatasi kesenjangannya dengan strategi pertumbuhan dan keadilan; untuk menanggulangi kemiskinan absolut, untuk sementara perlu diganti dengan startegi pertumbuhan dan pemerataan. Jika kesempatana kerja serta kebutuhan manusia telah terjamin secara sistemik, maka strategi yang perlu digunakan selanjutnya adalah strategi pertumbuhan dan keadilan. Konsep keaadilan disini mencakup keadilan memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasinya, sesuai dengan urunannya dalam menghasilkan sesuatu, keadilan dalam memperoleh kemudahan tanpa ada diskriminasi, dan keadilan memperoleh proteksi,keadilan dalam menerima beban dan tanggungjawab.
Bentuk peran Makro
Makro dikonsepkan besar, luas.
Ada tiga cara yang penulis tawarkan dalam pembangunan masyarakat yang dapat
ditempuh.Pertama; membangun lewat pembinaan tenaga; kedua, pengembangan lewat institusi; dan ketiga, lewat pengembangan infrastruktur. Ketiga cara tersebut diatas bukan alternatif yang harus dipilih, melainkan dapat dilakukan simultan.Arti infrastruktur penulis perluas maknanya menjadi sistemik, dimana pengaturan pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga terjadi koordinasi organisasi, komplementasi antar komponen, keruntutan aktivitas, sinkronisasi tujuan, dan integritas keseluruhan bagian-bagiannya atau subsistemnya. Pada poin pertama, tentang pembinaan tenaga, kembali isu sentral, masih terdapat penduduk yang termarginalkan oleh sistem pendidikan formal, asumsi dasar yang diusung adalah mereka tertinggal akan pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang dapat diandalkan sebagai bentuk aktualisasi diri dalam pembangunan.Untuk mengatasinya adalah layanan pendidikan luar sekolah, yang terkonsepkan Pendidikan Orang Dewasa, dapat memenuhi kebutuhan belajar, sehingga kesenjangannya dapat dieliminir. Carl Minich. menulis, " pendidikan orang dewasa menjadi pengalaman berkelanjutan bidang pendidikan yang seharusnya berperan untuk pertumbuhan dari orang-orang selama hidupnya."
Pendidikan Luar Sekolah berfungsi sebagai subtitusi, dimana mereka belum mendapat kesempatan menyelesaikan belajarnya di jenjang formal., Komplemen dimana mereka masih belajar dijalur formal (antar jenjang) , namun materi ajar yang mereka dapat belum dirasa mencukupi. Suplemen, materi ajar yang diperoleh selama mengikuti pendidikan dijalur formal belum lengkap. Pada poin kedua, pengembangan lewat institusi (kelembagaan), konsep yang diusung adalah institusi yang responsif. Sebagai contoh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan sebuah organisasi profesi pendidikan yang paling besar, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) atau badan/organisasi lain yang sengaja atau sepatutnya dibuat untuk bersama-sama menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian akan mampu menjembatani kesenjangan pendidikan. Lebih jauh Buchori (1990) mengemukakan ada beberapa kesenjangan terjadi dalam dunia pendidikan kita.
Kesenjangan yang dimaksud adalah :1). Kesenjangan okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik dengan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam dunia kerja. Pendidikan umum terlalau banyak dan pendidikan kejuruan kurang sekali, sehingga terlalu banyak lulusan pendidikan umum yang mencari kerja dimasyarakat yang sudah tentu tidak memiliki ketrampilan yang memadai.2) Kesenjangan akademik, artinya pengetahuan yang diterima di sekolah acapkali tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: lulusan SMA bekerja sebagai pegawai kantor, sehingga banyak sekali pengetahuannya yang tidak dapat dipakai dalam bekerja 3) Kesenjangan kultural, banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan yang klasik, sementara perubahan pengetahuan sangat cepat, bersumber pada kemajuan ilmu dan teknolgi 4) Kesenjangan temporal, wawasan yang dimiliki dengan wawasan sekarang.
Bentuk peran Mikro
Yang dimaksud dengan mikro adalah kawasan tertentu, leksikal. Pada pembangunan masyarakat dengan skup mikro, pembangunan masyarakat dapat didorong secara optimal bila partisipasi berbagai lapisan dan golongan dalam kawasan tertentu diikut sertakan dalam mengidentifikasi kebutuhan, menetapkan pilihan, merencanakan dan melaksanakan. Selanjutnya Coolie Verner menulis: Pendidikan orang dewasa adalah suatu hubungan antara suatu agen pendidikan dan seorang pelajar di mana agen memilih, menyusun, dan secara terus-menerus mengarahkan suatu urutan dari tugas progresif yang menyediakan pengalaman sistematis untuk mencapai pelajaran dari keikutsertaan orang-orang pada aktivitas tambahan dan bersifat tambahan pada suatu peran utama yang produktif di masyarakat.'
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, pendidikan hidup bersama-sama dengan masyrakat. Masyarkat membutuhkan pendidikan. Masyarakat butuh agar anak-anak dan remaja dibina disekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar dengan memberikan bermacam fasilitas. Lembaga pendidikan yang benar,ibarat menara penerang, yaitu berada dimasyarakat dan menerangi masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan harus tetap berakar pada masyarakat setempat, memperhatikan ide-ide masyarakat setempat, melaksanakan aspirasi mereka, memanfaatkan fasilitas setempat untuk belajar, dan menyesuaikan dengan kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu lembaga pendidikan harus berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan mereka dengan cara memberi penerengan, menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi baru. Hubungan pendidikan dan masyarakat adalah seperti selembar kain batik.
Dimana masyarakat diumpamakan sebagai selembar kain putih, sedang pendidikan adalah pembuat pola-pola gambarnya. Motif-motif yang dituangkan dikain putih, akan memberikan corak keindahan tertentu pada lembar kain.Pola-pola gambar membuat kain meningkat kualitasnya, batik menjadi mahal harganya. Bisa dibayangkan kalau pola tadi tidak dituang dalam kain, maka pola tersebut akan berkurang artinya, kain akan tetap rendah harganya. Pendidikan akan menjadi pola batik, yang memberikan corak kehidupan bgi masyarakat sekitar. Sehingga outputnya muncul manusia –manusia pembangun yang unggul dan kompetitif seperti yang diamanatkan dalam Garis Besar Haluan Negara.
semoga bermanfaat
Komentar