DRAFT ISI "MAFIA PELAYANAN KESEHATAN"
biaya pelayanan kesehatan seharusnya disusun dalam komponen yang diperkenankan pemerintah, dalam hal ini departemen kesehatan republik indonesia, kenyataannya: banyak rumah sakit di daerah menyusunnya tidak dengan study kelayakan dan atau tidak dengan menggunakan metodologi unit cost real, atau tidak menggunakan metode ekonomi mikro dan malah sangat sedikit yang berbasis ekonomi makro,... karena mereka copy perda tarif rsd "anu" dan copy tarif rsd "itu", dengan sedikit modifikasi dan atau dengan banyak modifikasi atau bahkan dengan "find and replace dalam microsoft office" yang dapat mengganti semua kata yang dikehendaki dengan mengetikkan kata yang akan diganti di jendela pasir di atasnya dan kata yang diinginkan di jendela pasir di bawahnya dan kemudian klik replace all, (itupun kalau mereka tahu tool di toolbar word).
nilai rupiah pendapatan per kapita masyarakat setempat seharusnya dijadikan informasi yang mumpuni dalam penyusunan tarif pelayanan kesehatan, jika tidak akhir dari keadaan ini adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin karena ketidak mampuan mereka membayar tarif pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan, apakah itu rumah sakit dan atau itu puskesmas, karena mereka akan segera mengurus surat keterangan miskin ketika mengatahui berapa biaya membeli obat dan berapa biaya operasi dan atau berapa biaya kamar per harinya.
harga perkiraan sendiri atas nilai barang habis pakai, obat dalam berbagai bentuk dan alat kesehatan di daerah perlu dilakukan, karena apa,.... uang dari tarif yang dibayarkan akan kembali digunakan untuk membeli nya dalam bentuk belanja modal, pemeliharaan dan atau pengembangan kemampuan pelayanan kesehatan di institusi tersebut. sangat disayangkan jika ini tidak dijadikan info dalam penyusunan tarif, karena jika harga barang tersebut nilainya lebih rendah dari komponen tarif maka PAD meningkat, dan PAD meningkat akan memberi peluang untuk inefisiensi dan inefektifitas dan akan meningkatkan insentif bagi keuntungan usaha perbankan daerah yang akhirnya akan memperbanyak keuntungan bagi oknunm pemerintah. Mengapa demikian: karena akan ada niat untuk menerakan penerimaan (penatabukuan dalam 3 versi) 1 versi yang sebenarnya, lain versi dalam bentuk keuntungan dan kerugian. dan ini bukan indikator keberhasilan pelayanan kesehatan,....
kesan pelanggan yang datang ketika ditanya oleh saya, mereka menjawab: mahal sekali ya tarip persalinan di RS ini, sedangkan di klinik saja paling tinggi Rp. 2.000.000,oo
dari jawaban ini akan memberikan peluang makin menjamurnya pertumbuhan klinik-klinik persalinan yang memanfaatkan tenaga yang ada di RS untuk menjadi tenaga paruh waktu di tempat mereka, akibatnya bagi rumah sakit jika terjadi penurunan kunjungan pasien yang bersalin saja contohnya adalah: berkurangnya kunjungan, pencapaian indikator ponek menurun, disiplin tenaga tidak suci lagi dan berkurangnya pendapatan retribusi pelayanan kesehatan,..... akhirnya kesejahteraan yang diharapkan tercapai malah menjadi gagal.....
manajemen bisnis seperti ini sangatlah tidak manusiawi, karena apa: menerima banyak duit dari hanya sedikit pasien yang mampu dan atau dari anggaran jamkesmas atau jamkesda (karena banyak akan terjadi rakyat miskin karena tingginya nominal tarif pelayanan kesehatan dan akhirnya beban anggaran daerah semakin bertambah berat,..... yang hulunya nantinya adalah legislasi pajak yang memberatkan rakyat,.... astaga mereka kok ndak berpikir sampai kesinii ya,........
(akan dilanjutkan jika otaknya mudeng,.... sementara ini dulu)
ini ada link http://www.jsonline.com/business/29344554.html
http://www.litbang.depkes.go.id/simnas6/materi/PEMBIAYAAN_KES/kajian_biaya_produksi_yankes_indonesia.pdf
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CD0QFjAG&url=http%3A%2F%2Fi-lib.ugm.ac.id%2Fjurnal%2Fdownload.php%3FdataId%3D9104&rct=j&q=komponen%20biaya%20pelayanan%20kesehatan&ei=rQUrTvr0Oc6rrAfU2ZiyDQ&usg=AFQjCNFHMQgCvp0-WmoBu-XUX3vgMAd2jA&cad=rja
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CD0QFjAG&url=http%3A%2F%2Fi-lib.ugm.ac.id%2Fjurnal%2Fdownload.php%3FdataId%3D9104&rct=j&q=komponen%20biaya%20pelayanan%20kesehatan&ei=rQUrTvr0Oc6rrAfU2ZiyDQ&usg=AFQjCNFHMQgCvp0-WmoBu-XUX3vgMAd2jA&cad=rja
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pernghitungan%20unit%20cost.PDF
ujangketul
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=10&ved=0CFEQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fighealth.org%2Fen%2Fproduct%2Fdownloadfile%2F102%2FCosting-Study-Booklet&rct=j&q=komponen%20biaya%20pelayanan%20kesehatan&ei=rQUrTvr0Oc6rrAfU2ZiyDQ&usg=AFQjCNHpjC9W4VH6l9_hn2BTDgloK-mG_w&cad=rja
nilai rupiah pendapatan per kapita masyarakat setempat seharusnya dijadikan informasi yang mumpuni dalam penyusunan tarif pelayanan kesehatan, jika tidak akhir dari keadaan ini adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin karena ketidak mampuan mereka membayar tarif pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan, apakah itu rumah sakit dan atau itu puskesmas, karena mereka akan segera mengurus surat keterangan miskin ketika mengatahui berapa biaya membeli obat dan berapa biaya operasi dan atau berapa biaya kamar per harinya.
harga perkiraan sendiri atas nilai barang habis pakai, obat dalam berbagai bentuk dan alat kesehatan di daerah perlu dilakukan, karena apa,.... uang dari tarif yang dibayarkan akan kembali digunakan untuk membeli nya dalam bentuk belanja modal, pemeliharaan dan atau pengembangan kemampuan pelayanan kesehatan di institusi tersebut. sangat disayangkan jika ini tidak dijadikan info dalam penyusunan tarif, karena jika harga barang tersebut nilainya lebih rendah dari komponen tarif maka PAD meningkat, dan PAD meningkat akan memberi peluang untuk inefisiensi dan inefektifitas dan akan meningkatkan insentif bagi keuntungan usaha perbankan daerah yang akhirnya akan memperbanyak keuntungan bagi oknunm pemerintah. Mengapa demikian: karena akan ada niat untuk menerakan penerimaan (penatabukuan dalam 3 versi) 1 versi yang sebenarnya, lain versi dalam bentuk keuntungan dan kerugian. dan ini bukan indikator keberhasilan pelayanan kesehatan,....
kesan pelanggan yang datang ketika ditanya oleh saya, mereka menjawab: mahal sekali ya tarip persalinan di RS ini, sedangkan di klinik saja paling tinggi Rp. 2.000.000,oo
dari jawaban ini akan memberikan peluang makin menjamurnya pertumbuhan klinik-klinik persalinan yang memanfaatkan tenaga yang ada di RS untuk menjadi tenaga paruh waktu di tempat mereka, akibatnya bagi rumah sakit jika terjadi penurunan kunjungan pasien yang bersalin saja contohnya adalah: berkurangnya kunjungan, pencapaian indikator ponek menurun, disiplin tenaga tidak suci lagi dan berkurangnya pendapatan retribusi pelayanan kesehatan,..... akhirnya kesejahteraan yang diharapkan tercapai malah menjadi gagal.....
manajemen bisnis seperti ini sangatlah tidak manusiawi, karena apa: menerima banyak duit dari hanya sedikit pasien yang mampu dan atau dari anggaran jamkesmas atau jamkesda (karena banyak akan terjadi rakyat miskin karena tingginya nominal tarif pelayanan kesehatan dan akhirnya beban anggaran daerah semakin bertambah berat,..... yang hulunya nantinya adalah legislasi pajak yang memberatkan rakyat,.... astaga mereka kok ndak berpikir sampai kesinii ya,........
(akan dilanjutkan jika otaknya mudeng,.... sementara ini dulu)
ini ada link http://www.jsonline.com/business/29344554.html
http://www.litbang.depkes.go.id/simnas6/materi/PEMBIAYAAN_KES/kajian_biaya_produksi_yankes_indonesia.pdf
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CD0QFjAG&url=http%3A%2F%2Fi-lib.ugm.ac.id%2Fjurnal%2Fdownload.php%3FdataId%3D9104&rct=j&q=komponen%20biaya%20pelayanan%20kesehatan&ei=rQUrTvr0Oc6rrAfU2ZiyDQ&usg=AFQjCNFHMQgCvp0-WmoBu-XUX3vgMAd2jA&cad=rja
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CD0QFjAG&url=http%3A%2F%2Fi-lib.ugm.ac.id%2Fjurnal%2Fdownload.php%3FdataId%3D9104&rct=j&q=komponen%20biaya%20pelayanan%20kesehatan&ei=rQUrTvr0Oc6rrAfU2ZiyDQ&usg=AFQjCNFHMQgCvp0-WmoBu-XUX3vgMAd2jA&cad=rja
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pernghitungan%20unit%20cost.PDF
ujangketul
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=10&ved=0CFEQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fighealth.org%2Fen%2Fproduct%2Fdownloadfile%2F102%2FCosting-Study-Booklet&rct=j&q=komponen%20biaya%20pelayanan%20kesehatan&ei=rQUrTvr0Oc6rrAfU2ZiyDQ&usg=AFQjCNHpjC9W4VH6l9_hn2BTDgloK-mG_w&cad=rja
Komentar
tetapi rewardnya apa atas keadaan ini adalah masih belum terpenuhinya 20% APBD adalah milik pelayanan kesehatan untuk membangun diri mereka guna menyediakan kemampuan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat di sekitarnya,....
berita ada RSD yang kemungkinan bangkrut, karena pengelolaannya penuh korupsi.....
aneh dunia indonesia ini,.....